Mimpi
Aku punya mimpi. Mimpi yang seharusnya dibesarkan dengan besar hati. Mimpi yang seharusnya disatukan tanpa dengki. Mimpi yang ternyata hanya dianggap bualan bagi mereka yang tak ingin mengerti. Sesungguhnya mereka lupa atau mungkin belum merasa bahwa mimpi ini akan menjadi mimpi mereka di suatu pagi. Namun yang pasti, saat mereka tak menganggapnya omong kosong belaka dan bersikeras untuk meraihnya, kenyataan berkata lain.
Hari ini, aku memandang langit. Aku dapat merasakan semesta berkabung. Seakan memberiku isyarat untuk berhenti berharap. Ia memintaku mengikhlaskan yang hilang dan menghargai yang ada. Kemudian aku berpikir, bumi ingin aku menjalani kehidupan dengan mata terbuka lebar agar mampu menghadapi kebahagiaan dan kesedihan. Dengan begitu, aku bisa menafsiran keinginan alam dan mengekspresikan diri tanpa paksaan. Namun, mimpi ini terlanjur tenggelam karena karang. Karang yang tumbuh dalam ketidaksepahaman. Sehingga tanpa sadar, kemunafikan berhasil membawanya larut dalam putusan janggal yang tak bisa dipahami.
Kini, aku berusaha bangkit dan membangun mimpi baru. Mempelajari perbuatan yang telah berlalu dan menjadikannya tujuan yang satu. Berharap tanpa kepastian, namun melangkah dengan tekad. Sebab, rencana ini membuatku teguh pada keadaan, percaya bahwa kebenaran selalu menang.
Comments
Post a Comment