One day, it won't hurt anymore.

Akhirnya....perjuangan saya selama empat tahun terakhir berbuah manis. Satu bulan sudah berlalu sejak saya bergelar sarjana. Walaupun saya belum di wisuda karena wisuda gelombang berikutnya baru diadakan sekitar bulan November, tetapi euforia setelah yudisium memang tiada duanya, ya. Puji syukur atas hasil sidang yang memuaskan ini. Ditambah dengan hadirnya orang-orang terkasih yang selalu mendukung dan memberi semangat di sekitar saya. I couldn't be more grateful to God for all His almighty and blessings to me.

Kalau ditanya hal apa yang sulit dilupakan setelah resmi tidak menempuh pendidikan di bangku kuliah, sudah pasti jawabannya masa-masa pengerjaan tugas akhir. Empat bulan yang panjang nan penuh rintangan, namun memberikan saya cukup banyak pelajaran. Sekarang, nggak ada lagi, deh, galau akademik, atau tiba-tiba disuruh mengganti judul tugas akhir, atau pun kena php dosen sebelum bimbingan. Ibarat orang pacaran, guys, ini artinya putus hubungan secara baik-baik. :)

Akan tetapi, perjuangan yang sesungguhnya, ya, di sini ini. Officially jadi pengangguran. Untungnya, saat ini saya sedang mengikuti program internship di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Saya sengaja mengikuti program internship ini supaya saya nggak penasaran lagi dengan dunia kerja. Saya jadi punya gambaran tentang bekerja itu seperti apa sekaligus merasakan bagaimana cara mengimplementasikan ilmu (teori) yang saya dapatkan selama perkuliahan ke dalam praktik. Hitung-hitung menambah pengalaman dan saya jadi punya kegiatan bermanfaaat selagi menunggu panggilan kerja. Hehehe.

Sebagai fresh graduate yang baru akan terjun ke dunia kerja, bisa dibilang personal skills have been a big roll to enlarge your opportunities to get a job, namun IPK juga nggak kalah penting. Bagaimana kalau saya berbagi tips untuk kamu yang masih sekolah on how to get good grades or GPAs. Pengalaman empat tahun di bangku kuliah yang semoga bisa berguna untuk orang lain. Saya bukanlah orang yang pintar sekali selama kuliah, tetapi saya tahu bahwa tidak ada keberhasilan yang diperoleh dengan cara mudah. Oleh karena itu, saya ingin mengingatkan bahwa berhasil atau tidaknya tips di bawah ini kembali lagi kepada diri kita sendiri. Mau nggak "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian"?

  • STUDY (please study)
    Nggak bisa dibantah lagi, tanpa belajar, kamu nggak akan mendapatkan nilai bagus. "Mungkin" mendapat nilai bagus dengan cara lain, tetapi bukan itu cara yang saya sarankan. 
    Pertama, kamu bisa menentukan sendiri waktu yang paling nyaman untuk belajar. Kalau pun kamu lebih suka belajar tengan malam, lakukan. Saya sendiri lebih suka belajar mulai pukul tujuh malam. Saya pikir 2-3 jam sudah cukup, kecuali memang ada tugas atau ujian yang membutuhkan waktu lebih lama.
    Selain itu, selama di kelas, biasakan mencatat, mendengarkan penjelasan guru atau dosen, serta jangan malu untuk bertanya. FYI, tiga hal kecil ini akan menyelamatkan kamu dalam ujian. 
    Lalu sebagai tambahan, kamu bisa mencari materi-materi tersebut dari sumber lain, atau lebih cepatnya gunakan internet to explain the complicated topics or theories
    Nah, indikator termudah untuk mengetahui apakah kamu sudah menguasai suatu materi atau belum adalah ketika kamu dapat menjelaskan materi tersebut kepada orang lain dan orang lain itu mengerti penjelasan kamu.
  • Batasi penggunaan gadget atau apapun yang dapat mengalihkan perhatian
    Nggak bisa dipungkiri, perhatian kita memang gampang banget teralihkan dengan gadget. Kalau sudah pegang gadget pasti jadi malas belajar. Saya pun nggak luput dari hal ini. Jadi, saya berusaha sekali untuk menghindarkan gadget dari hadapan saya setiap kali hendak belajar. Tujuannya supaya fokus, karena pada dasarnya a good study environment is where you have peace and quiet to finish your work
    Akan tetapi, setiap orang punya surga belajarnya sendiri. Teman saya, ada yang senang belajar di perpustakaan karena katanya suasana di sana lebih tenang dan bisa membuatnya fokus berjam-jam. Tentunya dengan tetap membatasi penggunaan gadget-mu, ya. Sesekali membuka google untuk search pelajaran masih nggak masalah, kok.
  • Get work done
    Saya sadar betul bahwa mempertahankan lebih sulit daripada meraih. Sehingga, untuk mempertahankan nilai, saya mengerjakan semua tugas dan presentasi, baik individu maupun kelompok, di dalam atau di luar kelas, dengan sungguh-sungguh agar memperoleh nilai sebaik mungkin. Jangan pikir hal ini nggak penting karena alasan prosentase nilai yang diperoleh tidak seberapa. Remember that every point counts. Tugas-tugas yang diberikan guru atau dosen adalah cara termudah untuk mendapatkan poin sebelum ujian.
  • Jangan mudah kecewa dengan kegagalan
    We have to learn from our mistakes. Sewaktu SMA, tujuan terbesar saya adalah diterima di perguruan tinggi negeri (PTN) dengan jurusan yang saya impikan, dan hal inilah yang memotivasi saya untuk terus belajar dengan giat dan mengikuti berbagai macam les atau bimbel. Ketika kenyataan ternyata berkata lain, dimana saya tidak berada di PTN yang saya inginkan, saya pun membuat motivasi baru. I didn't choose this at the first place, but I must survive it. Then I worked so hard in freshman year dan tidak membiarkan nilai B mematahkan semangat saya, meskipun terkadang motivasi kita sendirilah yang menyebabkan kegagalan kita. Kuncinya, believe you can, and you're halfway there.

Terakhir, saya ingin kamu juga mengingat sebuah kalimat motivasi yang selama empat tahun terakhir ini saya tanamkan kepada diri saya. Begini bunyinya: 

"If you get tired, learn to rest, not to quit"

Seandainya selama kuliah saya terus menuruti kelelahan saya dan terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan (yang saat itu saya anggap utopis), seperti kapan skripsian, kapan lulus, kapan wisuda, mungkin gelar sarjana ini cuma angan-angan. It's ok to take a break, setelah itu bangkit lagi. Bukankah proses ini justru menjadikan kita lebih kuat?

So, good luck, para pejuang akademik! Saya adalah salah satu bukti atas keyakinan bahwa one day, it won't hurt anymore. :)


P.S. 
A special thank you goes to my wonderful parents for their huge love and constant support over the years, for always being there for me. Also my advisors for their extraordinary guidance and encouragement. No way it happens without them.

Comments