Katakan, Kamu Tidak Akan Melupakanku

Kamu memang tidak pernah mengatakan kalau kamu tidak akan melupakanku. Kamu pergi begitu saja tanpa pernah menatap perih mataku dan pedih hatiku. Sikapmu yang keras kepala membuatku lelah, namun tak juga membuatmu jera. Keegoisanmu begitu nyata bahkan ketika teman-temanmu bertanya tentang kita. Kamu salah jika pernah membiarkan hal besar terhempas begitu saja tersapu ombak. Karena besarnya ombak hanya akan memperkeruh suasana.

Entah aku harus bersyukur atau berkilah atas kenyataan ini. Pintamu membuatku gusar. Pamitmu membuatku sakit. Waktu pun seakan berhenti sesaat. Kepergianmu, maksudku kepergian kita menuju kutub magnet berbeda, sesungguhnya menghancurkan mimpi yang telah memasuki tahap negosiasi. Para pihak yang terlibat kini merasa dikhianati. Keadaan memaksa? Tentu bukan, sayang. Ini kelalaian.

Aku dengan duniaku, sedangkan kamu dengan duniamu. Terasa janggal, tetapi nyata. Bagaimana bisa Tuhan memisahkan apa yang telah Ia persatukan? Apakah ini semacam pendidikan berjenjang dalam merajut kasih? Atau mungkin ujian blok tidak terjadwal yang Kau rancang? Lantas, seperti apa hasilnya? Adakah ulasan tentangnya? Sehingga di kemudian hari tidak lahir kesalahan yang sama?

Huh. Seandainya kamu mau mengerti sedikit saja. Wanita butuh berita yang terlontar langsung dari mulutmu. Bukan seperti pria yang hanya dengan gerak-gerik saja sudah saling mengerti. Lagi pula, memang seyogyanya manusia tidak bisa membaca hati. Tuhan ingin kedua makhluk yang berasal dari planet berbeda ini yang kemudian saling mengisi kekosongan masing-masing. Namun sayang, perbedaan sudut pandang serta cara berpikir terkadang membuat kita lupa dan justru terjebak dalam keduniawian yang fana.

Comments