Selamat Tinggal Impian Indah

Terkadang kamu harus merasakan 'pahit sebelum manis' dan 'jatuh sebelum bangun'. Mengapa? Karena dunia tidak sebercanda itu hingga Tuhan akan dengan mudah mengabulkan harapanmu. Ia ingin kamu belajar dari kesalahan agar kamu semakin kuat dan berani dalam melangkah. Ia pun Maha Adil, maka percayalah bahwa Ia hanya ingin kamu bangkit dari curiga dan kecewa secepat kilat yang menyambar.

Lihat sekelilingmu! Masih banyak kepedulian dan kecintaan berguguran memanggil namamu. Bahkan langit enggan merintikkan hujannya demi kamu. Ia membiarkan sinar matahari menemani langkahmu untuk menyongsong hari baru. Jika tak percaya, coba kamu tunggu angin yang behembus hingga menyesakkan dada itu membawamu pergi, dan jangan melawan. Arahnya tidak akan membohongi jika percaya yang kamu pegang erat-erat.

Kamu berbeda dari yang lain. Kamu masih bisa membiarkan gelisah tertutup oleh pasrah dan usaha. Kamu, si pantang menyerah, memang selalu jadi yang diandalkan. Bekerja dengan siapa saja bukan masalah bagimu, meskipun ada satu titik dimana kamu dan mereka berada dalam satu tujuan, namun hanya kamu yang peduli. Kamu memberi rasa baru yang sesungguhnya merupakan bagian dari semangat mereka; rasa saling menanamkan cita bersama.

Mungkin mereka hanya lupa kalau kalian adalah satu. Gencetan yang dilayangkannya kepadamu ternyata dapat membunuh dalam hitungan sepersekian detik. Apa yang mereka berikan kepadamu ternyata hanya sepotong es krim yang sebentar lagi akan mencair. Terlihat nikmat, namun menyengsarakan ya? Tentu tidak jika kamu berpikir positif dan memandangnya dari sisi yang berbeda.

Terima kasih perhatiannya, meski kadang tak terasa.
Terima kasih pemberiannya, meski kadang tak terlihat.
Terima kasih nasihatnya, meski kadang tak terdengar.

Gemerlap ibu kota seakan mematikan perasaan mereka hingga lupa bahwa langit, matahari, bahkan angin sedang merana memikirkanmu. Hujan yang turun kini adalah pertanda jiwa yang murung. Matahari yang cepat berlalu adalah bukti keangkuhan raga dalam berperan. Akan tetapi, hembusan angin yang kencang ini adalah fase kebangkitanmu. Lupakan sejenak ia dan mereka, tetapi jangan pernah khianati ia dan mereka, sebab (mungkin) diam-diam mereka (sedang) memikirkanmu.

Comments