Another no-Monday
Selamat pagi, penikmat pagi. Selamat menikmati akhir pekan. Beruntunglah kita karena kali ini Tuhan memberikan kita dua hari Minggu, tanpa hari Senin. Semoga perjalananmu untuk mencapai kepuasaan hati berjalan dengan lancar ya.
Oh ya, saat ini, saya sedang berada di Bogor bersama keluarga. Akhir pekan yang indah pun saya mulai dengan menyaksikan matahari terbit dari jendela kamar sembari menyeruput secangkir teh hangat dan mendengar musik merdu. Sungguh pengalaman yang sudah lama tidak saya rasakan, mengingat perkuliahan sudah semakin mengejar waktu. Sekarang, saya sudah memasuki tahun kedua saya. Tahun dimana beban yang terlalu sering disepelekan mulai muncul ke permukaan memohon perhatian lebih. Target saya untuk bisa lulus tepat waktu dan menjadi yang terbaik semakin terasa. Sungguh, saya tidak ingin mengecewakan mereka, para pendukung dan penyokong hari-hari selama ini. Ya, siapa lagi kalau bukan papa dan mama? Pelita hati bak Bung Hatta dan Kartini.
Sedikit ingin berbagi, teman-teman. Semenjak saya bergabung di organisasi kampus, hari-hari saya terasa begitu sibuk. Saya diberi amanah untuk memimpin pelaksanaan salah satu program kerja, yakni untuk membuat pelatihan secara berkala yang diikuti dengan seminar mengenai public speaking. Yang ada di pikiran saya saat itu adalah 'Mungkinkah?'. Meskipun pada akhirnya kegiatan ini meraih hasil yang patut diacungi jempol, namun euphoria yang terasa hanya sebentar. Saya lebih memilih untuk bersyukur kepada Tuhan atas telah selesainya kegiatan yang sangat menguras pikiran dan energi tersebut. Bagi saya, suksesnya kegiatan ini adalah bonus, atau hadiah, atas kerja keras dan jerih payah saya beserta rekan-rekan panitia.
Kini, waktunya untuk fokus. Saya memahami bahwa perkataan 'hidup itu pilihan' memang benar adanya. Ketika kita sudah memilih A, itulah takdir yang harus kita jalani bagaimana pun konsekuensinya. Saya pun sadar bahwa belakangan, saya sering gegabah dalam membuat keputusan. Seakan saya tidak mengindahkan campur tangan orangtua pada rencana hidup saya. Kalau Tuhan mengizinkan saya untuk kembali dan memperbaiki kesalahan tersebut, saya akan sangat bersyukur. Akan tetapi, waktu tetaplah waktu. Roda kehidupan tidak bisa berjalan mundur, jarum jam akan tetap berputar ke kanan. Yang bisa kita lakukan adalah menjadikannya pelajaran agar kesalahan di masa lalu tidak terulang lagi.
Ada lagi hal yang perlu saya tanamkan di dalam otak. Dan tolong ingatkan saya ya. Saya harus lebih sering menulis. Minimal tidak malas untuk meng-update blog ini. Saya akui bahwa alasan yang sering saya buat untuk tidak rajin menulis lagi adalah rasa malu. Malu karena saking lamanya tidak mem-publish tulisan di blog, membuat tulisan saya membosankan. Selain itu, sifat saya yang terlalu pemikir, bahkan pada hal-hal kecil, menjadikan saya hilang akal, terutama mengenai para pembaca. 'Kira-kira ada yang baca, nggak, ya? Bagus, nggak, ya?', begitu. Padahal, melanjutkan yang telah dimulai itu lebih mudah daripada harus memulainya dari awal lagi.
Dari sekian banyak pengalaman baru yang telah saya lalui, kini saatnya menuai pembelajaran. Teman, ketahuilah, matahari akan selalu menjemputmu dan bulan akan selalu mengantarmu. Ketakutan yang menghantui itu hanya bayangan hitam si penjerumus. Takdir hidup ini kita yang menentukan, kita yang memilih, dan kita pula yang menanggung akibatnya. So please, be prepared. And take care of yourself. :)
Comments
Post a Comment